VLSM (VARIABLE LENGTH SUBNET MASK)

Vlsm adalah pengembangan mekanisme subneting, dimana dalam vlsm dilakukan peningkatan dari kelemahan subneting klasik, yang mana dalam clasik subneting, subnet zeroes, dan subnet- ones tidak bisa digunakan. selain itu, dalam subnet classic, lokasi nomor IP tidak efisien.
Jika proses subnetting yang menghasilkan beberapa subjaringan dengan jumlah host yang sama telah dilakukan, maka ada kemungkinan di dalam segmen-segmen jaringan tersebut memiliki alamat-alamat yang tidak digunakan atau membutuhkan lebih banyak alamat. Karena itulah, dalam kasus ini proses subnetting harus dilakukan berdasarkan segmen jaringan yang dibutuhkan oleh jumlah host terbanyak. Untuk memaksimalkan penggunaan ruangan alamat yang tetap, subnetting pun diaplikasikan secara rekursif untuk membentuk beberapa subjaringan dengan ukuran bervariasi, yang diturunkan dari network identifier yang sama. Teknik subnetting seperti ini disebut juga variable-length subnetting. Subjaringan-subjaringan yang dibuat dengan teknik ini menggunakan subnet mask yang disebut sebagai Variable-length Subnet Mask (VLSM).

Karena semua subnet diturunkan dari network identifier yang sama, jika subnet-subnet tersebut berurutan (kontigu subnet yang berada dalam network identifier yang sama yang dapat saling berhubungan satu sama lainnya), rute yang ditujukan ke subnet-subnet tersebut dapat diringkas dengan menyingkat network identifier yang asli.
Teknik variable-length subnetting harus dilakukan secara hati-hati sehingga subnet yang dibentuk pun unik, dan dengan menggunakan subnet mask tersebut dapat dibedakan dengan subnet lainnya, meski berada dalam network identifer asli yang sama. Kehati-hatian tersebut melibatkan analisis yang lebih terhadap segmen-segmen jaringan yang akan menentukan berapa banyak segmen yang akan dibuat dan berapa banyak jumlah host dalam setiap segmennya.

Permasalahan pada Subnetting yang sering muncul adalah ada subnet yang porsinya terlalu besar untuk suatu network yang sebenarnya hanya membutuhkan porsi IP Address yang sedikit sehingga banyak IP yang terbuang.

Cara untuk menghitung VLSM, yaitu :
1.Urutkan kebutuhan host dari yang terbesar hingga yang terkecil
2.Tentukan blok subnet beserta host berdasarkan blok subnet
3.Lakukan penambahan blok sebelumnya disetiap pergantian blok

Langkah-langkah dalam VLSM :
–Urutkan jumlah host yang terbanyak dibutuhkan
•Dept.Research & Development : 24 Host
•Dept.IT : 16 Host
•Dept.Finance : 10 Host
•Dept.Warehouse : 6 Host
•Router ke Router : 2 Host
–Tentukan Blok subnet berdasarkan kebutuhan Host

Penerapan VLSM

Contoh 1:

130.20.0.0/20

Kita hitung jumlah subnet terlebih dahulu menggunakan CIDR, maka didapat:
11111111.11111111.11110000.00000000 = /20
Jumlah angka binary 1 pada 2 oktat terakhir subnet adalah4 maka
Jumlah subnet = (2x) = 24 = 16

Maka blok tiap subnetnya adalah :
Blok subnet ke 1 = 130.20.0.0/20
Blok subnet ke 2 = 130.20.16.0/20
Blok subnet ke 3 = 130.20.32.0/20
sampai dengan Blok subnet ke 16 = 130.20.240.0/20

Selanjutnya kita ambil nilai blok ke 3 dari hasil CIDR yaitu 130.20.32.0 kemudian :

– Kita pecah menjadi 16 blok subnet, dimana nilai16 diambil dari hasil
perhitungan

subnet pertama yaitu /20 = (2x) = 24 = 16

– Selanjutnya nilai subnet di ubah tergantung kebutuhan untuk pembahasan ini kita gunakan /24, maka didapat 130.20.32.0/24 kemudian diperbanyak menjadi 16 blok lagi sehingga didapat 16 blok baru yaitu :
Blok subnet VLSM 1-1 = 130.20.32.0/24
Blok subnet VLSM 1-2 = 130.20.33.0/24
Blok subnet VLSM 1-3 = 130.20.34.0/24
Blok subnet VLSM 1-4 = 130.20.35.0/24
sampai dengan Blok subnet VLSM 1-16 = = 130.20.47/24

– Selanjutnya kita ambil kembali nilai ke 1 dari blok subnet VLSM 1-1 yaitu
130.20.32.0 kemudian kita pecah menjadi 16:2 = 8 blok subnet lagi, namun oktat ke 4 pada Network ID yang kita ubah juga menjadi8 blok kelipatan dari 32 sehingga didapat :
Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.32.0/27
Blok subnet VLSM 2-2 = 130.20.32.32/27
Blok subnet VLSM 2-3 = 130.20.33.64/27
Blok subnet VLSM 2-4 = 130.20.34.96/27
Blok subnet VLSM 2-5 = 130.20.35.128/27
Blok subnet VLSM 2-6 = 130.20.36.160/27
Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.37.192/27
Blok subnet VLSM 2-1 = 130.20.38.224/27

Routing Dinamis RIPv2

RIPv2
Secara umum RIPv2 tidak jauh berbeda dengan RIPv1. Perbedaan yang ada terlihat pada informasi yang ditukarkan antar router. Pada RIPv2 informasi yang dipertukarkan yaitu terdapat autenfikasi pada RIPv2 ini.
RIP versi 2

-mendukung routing classfull dan routing classless
-info subnet dimasukkan dalam perbaikan routing
-mendukung VLSM (Variabel Length Subnet Mask)
-perbaikan routing multicast

Persamaan dengan RIP v.1 :
1. Distance Vector Routing Protocol
2. Metric berupa hop count
3. Max hop count adalah 15
4. Menggunakan port 520
5. Menjalankan auto summary secara default

Perbedaan dengan RIP v.1 :
1. Bersifat classless routing protocol, artinya
menyertakan field SM dalam paket update yang
dikirimkan sehingga RIP v.2 mendukung VLSM & CIDR
2. Mengirimkan paket update & menerima paket update
versi 2
3. Mengirimkan update ke alamat multicast yaitu 224.0.0.9
4. Auto Summary dapat dimatikan
5. Mendukung fungsi keamanan berupa authentication
yang dapat mencegah routing update dikirim atau
diterima dari sumber yang tidak dipercaya

KONFIGURASI RIPV2 DENGAN CISCO PACKET TRACER

 


Konfigurasi R1

Router>en
 Router#conf t
 Enter configuration commands, one per line.  End with CNTL/Z.
 Router(config)#interface fastEthernet 0/1 -> menjadi gateway untuk host
 Router(config-if)#ip address 192.168.1.1 255.255.255.0
 Router(config-if)#no shutdown
 Router(config-if)#ex
 Router(config)#interface fastEthernet 0/0 -> menjadi jalur ke R2
 Router(config-if)#ip address 10.0.0.1 255.0.0.0
 Router(config-if)#no shutdown
 Router(config-if)#ex

konfigurasi RIPv2 R1

Router(config)#router rip
 Router(config-router)#version 2 -> untuk mengaktifkan RIPv2
 Router(config-router)#network 192.168.1.0 - > memasukan alamat network atau net ID yang terhubung langsung dengan R1
 Router(config-router)#network 10.0.0.0
 Router(config-router)#ex
 Router(config)#ex

Konfigurasi R2

Router>en
 Router#conf t

Enter configuration commands, one per line.  End with CNTL/Z.

Router(config)#interface fastEthernet 0/1 -> menjadi gateway untuk host
 Router(config-if)#ip address 172.16.0.1 255.255.0.0
 Router(config-if)#no shutdown
 Router(config-if)#ex
 Router(config)#interface fastEthernet 0/0 -> menjadi jalur ke R1
 Router(config-if)#ip address 10.0.0.2 255.0.0.0
 Router(config-if)#no shutdown
 Router(config-if)#ex

konfigurasi RIPv2 R2

Router(config)#router rip
 Router(config-router)#version 2
 Router(config-router)#network 10.0.0.0
 Router(config-router)#network 172.16.0.0
 Router(config-router)#ex
 Router(config)#ex

untuk memastikan apakah RIPv2 sudah berfungsi, ketikkan perintah show ip route pada R1

R1#sh ip route
Codes: C - connected, S - static, I - IGRP, R - RIP, M - mobile, B - BGP
 D - EIGRP, EX - EIGRP external, O - OSPF, IA - OSPF inter area
 N1 - OSPF NSSA external type 1, N2 - OSPF NSSA external type 2
 E1 - OSPF external type 1, E2 - OSPF external type 2, E - EGP
 i - IS-IS, L1 - IS-IS level-1, L2 - IS-IS level-2, ia - IS-IS inter area
 * - candidate default, U - per-user static route, o - ODR
 P - periodic downloaded static route
Gateway of last resort is not set
 C    10.0.0.0/8 is directly connected, FastEthernet0/0
 R    172.16.0.0/16 [120/1] via 10.0.0.2, 00:00:11, FastEthernet0/0 <- routing ke network 172.16.0.0/16
 C    192.168.1.0/24 is directly connected, FastEthernet0/1
R1#
 show ip route pada R2
 R2#sh ip route
 Codes: C - connected, S - static, I - IGRP, R - RIP, M - mobile, B - BGP
 D - EIGRP, EX - EIGRP external, O - OSPF, IA - OSPF inter area
 N1 - OSPF NSSA external type 1, N2 - OSPF NSSA external type 2
 E1 - OSPF external type 1, E2 - OSPF external type 2, E - EGP
 i - IS-IS, L1 - IS-IS level-1, L2 - IS-IS level-2, ia - IS-IS inter area
 * - candidate default, U - per-user static route, o - ODR
 P - periodic downloaded static route
Gateway of last resort is not set
C    10.0.0.0/8 is directly connected, FastEthernet0/0
 C    172.16.0.0/16 is directly connected, FastEthernet0/1
 R    192.168.1.0/24 [120/1] via 10.0.0.1, 00:00:16, FastEthernet0/0 <- routing ke network 192.168.1.0/24
 R2#

Routing dan Routing Dinamis

Routing adalah proses dimana paket mencari jalur terbaik atau path yang akan dilalui.

Routing Packets
Router membutuhkan beberapa informasi untuk dapat memetakan rute paket yaitu :
– Alamat tujuan (destination address)
– Router tetangga (neighbor router)
– Rute-rute yang mungkin untuk dilalui ke network tujuan
– Rute terbaik disetiap network tujuan
– Bagaimana menjaga dan memverifikasi informasi rute

Router mempelajari remote networks dari router tetangga atau administrator dan membuat suatu routing table untuk mendeskripsikan bagaimana mencari remote networks. Jika suatu network terhubung secara langsung (directly connected), router secara otomatis akan tahu bagaimana rute ke network tersebut.

Routing Table
• Contoh :
Terdapat 5 Router yang saling terhubung

zxazx

Routing Table

Router 0  ===>  192.168.10.0

                               192.168.30.0

Router 1 ===>   192.168.10.0

Router 2 ===>   192.168.20.0

Router 3 ===>    192.168.30.0

                               192.168.20.0

Jenis-jenis Routing

Routing Static
Routing static adalah metode  menentukan rute secara manual yang dilakukan oleh administrator.

Routing Static (2)
• Router4 memiliki routing table :
192.168.1.0
192.168.2.0
192.168.5.0
• Router5 memiliki routing table :
192.168.3.0
192.168.4.0
192.168.5.0

Routing Static (3)
• Router4 belum memiliki rute ke network :
192.168.3.0
192.168.4.0
• Router5 belum memiliki rute ke network :
192.168.1.0
192.168.2.0

Konfigurasi Routing Static
• Syntax pada Cisco Router:
(config)#ip route network-tujuan netmask exit-interface
Atau
(config)#ip route network-tujuan netmask next-hop-address
• Router4 :
Router4(config)#ip route 192.168.3.0 255.255.255.0 se0/3/0
Router4(config)#ip route 192.168.4.0 255.255.255.0 se0/3/0
• Router5 :
Router4(config)#ip route 192.168.1.0 255.255.255.0 se0/3/0
Router4(config)#ip route 192.168.2.0 255.255.255.0 se0/3/0

Keuntungan Routing Static
• Tidak ada overhead pada CPU Router
• Tidak ada bandwidth yang digunakan antar
router
• Dari sisi keamanan lebih unggul, karena
hanya administrator yang boleh
menambahkan routing table pada Router
secara statis

Kekurangan Routing Static
• Administrator harus mengetahui topologi
jaringan secara keseluruhan
• Jika ada penambahan Router dengan
Network berbeda Administrator harus
menambahkan routing table di setiap Router

Routed vs Routing Protocols
• Routed Protocols adalah semua protokol
network yang memberikan informasi yang
cukup didalam alamat network sehingga
mengizinkan paket dikirimkan dari satu host
ke host yang lain berdasar skema
pengalamatan
• Routing Protocols adalah membantu routed
protocols dengan memberikan mekanisme
untuk pembagian informasi routing

Routing Protocols
• Dynamic Routing :
– Tidak mendukung VLSM :
• RIPv1, IGRP
– Mendukung VLSM :
• RIPv2
• EIGRP
• OSPF
• BGP
• IS-IS

Routing Dinamis

Operasi Routing Dinamis

Routing Protocols
Routing protocols yang bekerja pada Routing Dinamis terbagi dua :
Interior Gateway Protocols (IGP) :
RIPv1, RIPv2
IGRP
EIGRP
OSPF
Exterior Gateway Protocols (EGP) :
BGP
IS-IS

Distance Vector & Link State
Routing Protocols juga terbagi berdasarkan jenis, yaitu :
Distance Vector :
RIPv1, RIPv2
IGRP
Link State :
OSPF
Hybrid :
EIGRP

Distance Vector
Distance Vector adalah jenis routing protocols yang menentukan rute berdasarkan hop. Setiap paket yang keluar dari Router menuju Router yang lain dihitung sebagai sebuah hop.
Rute yang memiliki jumlah hop paling kecil dipilih sebagai rute terbaik

Link State
Link state protocols atau disebut juga sebagai shorthest path first protocols menentukan rute dengan membuat tiga tabel terpisah :
1) Tabel yang menjaga rute terhadap router-router tetangga
2) Tabel yang mempelajari keseluruhan network
3) Tabel routing

Hybrid
•Hybrid protocols yaitu perpaduan antara Distance Vector Protocols dan Link State Protocols
•Contoh Routing Protocols jenis ini adalah EIGRP (Enhanced Interior Gateway Routing Protocol)

Administrative Distance (AD)
•Routing Information pada Router memiliki tingkat kepercayaan (trustworthiness) yang berbeda-beda
•AD adalah sebuah nilai integer antara 0 sampai dengan 255, dimana angka 0 menunjukkan nilai tingkat kepercayaan paling tinggi sedangkan 255 berarti tidak ada traffic yang melewati Router

RIPv1
•RIP Version 1 adalah salah satu routing protocol jenis distance vector, dimana menggunakan hop sebagai metric.
•RIPv1 hanya mampu menjangkau sampai dengan 15 hop, lebih dari itu dianggap unreachable
•RIPv1 tidak mendukung VLSM atau classfull

Konfigurasi RIPv1
Router> enable
Router# configure terminal
Router(config)# router rip
Router(config-router)#network xx.xx.xx.xx
xx.xx.xx.xx adalah Network yang melekat pada Router

Konfigurasi RIPv1 pada Router
Router1(config-router)#network 192.168.1.0
Router1(config-router)#network 10.1.1.0
Router1(config-router)#network 10.2.2.0
Router2(config-router)#network 192.168.2.0
Router2(config-router)#network 10.2.2.0
Router2(config-router)#network 10.3.3.0
Router3(config-router)#network 192.168.3.0
Router3(config-router)#network 10.1.1.0
Router3(config-router)#network 10.3.3.0

EIGRP (ROUTING DINAMIS)

Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP) adalah routing protocol jenis hybrid. EIGRP merupakan propietary routing protocol yang dikembangkan oleh Cisco
Systems. EIGRP adalah pengembangan lanjutan dari IGRP.

EIGRP memiliki dua karakteristik gabungan antara Distance Vector Routing Protocol dan Link-State Routing Protocol. EIGRP tidak mengirimkan link-state packets seperti yang dilakukan oleh OSPF, melainkan
melakukan update routing information layaknya RIP maupun IGRP. Di sisi lain, EIGRP melakukan sinkronisasi routing tables antara router-router tetangga setiap kali
Router melakukan startup dan mengirimkan update yang spesifik hanya jika topologi jaringan mengalami perubahan.

CONOTH KONFIGURASI EIGRP:

LAN A :

IP 20.20.20.2
 Subnet Mask 255.0.0.0
 Gateway 20.20.20.1

LAN B :

IP 198.100.100.2
 Subnet Mask 255.255.255.0
 Gateway 198.100.100.1

LAN C :

IP 150.140.140.2
 Subnet Mask 255.255.0.0
 Gateway 150.140.140.1

LAN D :

IP 135.135.135.2
 Subnet Mask 255.255.0.0
 Gateway 135.135.135.1
ROUTER 1 : fast ethernet 0/0 : 20.20.20.1 serial 0/0/0 :140.140.140.1 serial 0/0/1 : 200.200.200.1
ROUTER 2 : fast ethernet 0/0 : 198.100.100.1 serial 0/0/0 :140.140.140.2 serial 0/0/1 : 10.10.10.1
ROUTER 3 : fast ethernet 0/0 : 150.140.140.1 serial 0/0/0 :10.10.10.2 serial 0/0/1 : 7.7.7.1
ROUTER 4 : fast ethernet 0/0 : 135.135.135.1 serial 0/0/0 :200.200.200.2 serial 0/0/1 : 7.7.7.2 Konfigurasinya adalah sebagai berikut :
ROUTER 1 : router# configure terminal router(config)#hostname router1 router1(config)#interface fastethernet0/0 router1(config-if)#ip address 20.20.20.1 255.0.0.0 router1(config-if)#no shutdown router1(config-if)#exit router1(config)#interface serial0/0/0 router1(config-if)#ip address 140.140.140.1 255.255.0.0 router1(config-if)#no shutdown router1(config-if)#exit router1(config)#interface serial0/0/1 router1(config-if)#ip address 200.200.200.1 255.255.255.0 router1(config-if)#clock rate 64000 router1(config-if)#no shutdown router1(config-if)#exit router1(config)#router eigrp 10 router1(config-router)#network 20.0.0.0 router1(config-router)#network 140.140.0.0 router1(config-router)#network 200.200.200.0 router1(config-router)#exit router1(config)#exit
ROUTER 2 : router# configure terminal router(config)#hostname router2 router2(config)#interface fastethernet0/0 router2(config-if)#ip address 198.100.100.1 255.255.255.0 router2(config-if)#no shutdown router2(config-if)#exit router2(config)#interface serial0/0/0 router2(config-if)#ip address 140.140.140.2 255.255.0.0 router2(config-if)#no shutdown router2(config-if)#exit router2(config)#interface serial0/0/1 router2(config-if)#ip address 10.10.10.1 255.0.0.0 router2(config-if)#clock rate 64000 router2(config-if)#no shutdown router2(config-if)#exit router2(config)#router eigrp 10 router2(config-router)#network 198.100.100.0 router2(config-router)#network 140.140.0.0 router2(config-router)#network 10.0.0.0 router2(config-router)#exit router2(config)#exit
ROUTER 3 : router# configure terminal router(config)#hostname router3 router3(config)#interface fastethernet0/0 router3(config-if)#ip address 150.140.140.1 255.255.0.0 router3(config-if)#no shutdown router3(config-if)#exit router3(config)#interface serial0/0/0 router3(config-if)#ip address 10.10.10.2 255.0.0.0 router3(config-if)#no shutdown router3(config-if)#exit router3(config)#interface serial0/0/1 router3(config-if)#ip address 7.7.7.1 255.0.0.0 router3(config-if)#clock rate 64000 router3(config-if)#no shutdown router3(config-if)#exit router3(config)#router eigrp 10 router3(config-router)#network 150.140.0.0 router3(config-router)#network 10.0.0.0 router3(config-router)#network 7.0.0.0 router3(config-router)#exit router3(config)#exit
ROUTER 4 : router# configure terminal router(config)#hostname router4 router4(config)#interface fastethernet0/0 router4(config-if)#ip address 135.135.135.1 255.255.0.0 router4(config-if)#no shutdown router4(config-if)#exit router4(config)#interface serial0/0/0 router4(config-if)#ip address 200.200.200.2 255.255.255.0 router4(config-if)#no shutdown router4(config-if)#exit router4(config)#interface serial0/0/1 router4(config-if)#ip address 7.7.7.2 255.0.0.0 router4(config-if)#clock rate 64000 router4(config-if)#no shutdown router4(config-if)#exit router4(config)#router eigrp 10 router4(config-router)#network 135.135.0.0 router4(config-router)#network 200.200.200.0 router4(config-router)#network 7.0.0.0 router4(config-router)#exit router4(config)#exit

Diatas tadi merupakan konfigurasi dari Router yang menggunakan Routing Protocol EIGRP. Kita dapat melihat diatas, bahwa masing-masing Router memiliki Autonomous System (AS) yang sama, yaitu 10. Yang menandakan bahwa Router-Router tersebut berada dalam satu lingkup yang sama. Apabila kita membandingkan dengan konfigurasi menggunakan Routing Information Protocol (RIP), pada EIGRP ini, kita tidak perlu menuliskan lagi Network-Network yang terhubung pada Router-Router tetangga, karena pada EIGRP ini, akan mencari sendiri Routing Table dari Router tetangganya. Selain itu juga EIGRP dapat mengatasi masalah pada RIP dalam hal keterbatasan jumlah hop maksimum yang dimiliki oleh RIP.

Datalink Layer

Datalink terbagi atas dua bagian yakni:

1. Ethernet

Ethernet Fundamental

 

Ethernet Frame Structure

 

CSMA/CD

2. Wireless

Wireless Fundamental
Frekwensi adalah banyaknya getaran per detik dalam arus listrik yang terus bergerak. Satuan frekwensi adalah Hertz disingkat Hz, dimana jika arus bergerak lengkap satu getaran per detik, maka frekwensinya 1 Hz.

Satuan frekwensi lain :
– KiloHertz (Khz)
– MegaHertz (MHz)
– GigaHertz (GHz)
– TeraHertz (THz)

Wireless Fundamental (2)
Wavelength adalah jarak diantara kedua titik yang sama pada satu getaran. Dalam sistem wireless, biasanya diukur dalam satuan, meter, sentimeter atau milimeter.

 

Frekwensi dan Wavelength
Frekwensi dan Wavelength digambarkan dalam persamaan :

Wireless LAN
Perangkat yang dipakai untuk menyambung jaringan komputer (LAN) dengan menggunakan udara sebagai media komunikasinya. Frekwensi yang dipakai adalah 2,4 GHz atau 5 GHz yaitu frekwensi yang tergolong ISM (Industrial, Scientific, dan Medical) dan UNII (Unlicensed National Information Infrastructure).

Berikut adalah standar Wireless LAN (WLAN):
-IEEE 802.11a
-IEEE 802.11b
-IEEE 802.11g

 

IEEE 802.11a
-Maximum Data Rate is 54 Mbps
-Frequency Band:
5,15 – 5,35 Ghz (U-NII 1) in USA
5,47 – 5,725 GHz (Eropa)
5,725 – 5,85 Ghz
-Modulation: Orthogonal Frequency Division Multiplex (OFDM)
-Nominal ERP : +16 dBm with 6 dBi Antenna
-Range: 30 m (indoor) and 300m (Outdoor)
-Maximum number user: up to 256 per Access Point, roaming between Access Point

IEEE 802.11b
-11 Mbps Maximum data rate per kanal
-Frequency : 2,40 – 2,4835 GHz
-Modulation: DSSS (Direct Sequence Spread Spectrum)
-Nominal ERP : +10 – +23 dBm,
-Range: 90m(indoor) – 450m (outdoor)
-Maximum number user: up to 256 per Access Point, roaming between Access Points

IEEE 802.11g
-54 Mbps Maximum data rate
-Frequency: 2,40 – 2,4835 GHz
-Modulation: OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing)
-Nominal ERP : +10 – +20 dBm
-Range: 100m (indoor) – 400m (outdoor)
-Maximum number user: up to 256 per Access Point, Roaming between Access Points

 

Modulation
–  FHSS : data dikirim dengan melompat-lompat dari satu frekuensi ke frekuensi lainnya, tergantung dari kondisi frekuensinya Tersedia 78 kanal dengan lebar kanal masing-masing sekitar 1 MHz
–  DSSS : data dikirim langsung pada satu frekuensi tertentu dan tidak dipindah-pindah. Tersedia 11 kanal dengan lebar masing-masing 22 MHz
–  OFDM : menggunakan prinsip FDM (Frequency Division Multiplexing) dan diimplementasikan sebagai komunikasi

 

Perangkat Wireless LAN

Access Point

 

Cabling

 

Connector

 

Antenna

 

 

 

Indoor dan Outdoor WLAN
Indoor WLAN kebanyakan menggunakan perangkat 802.11b dan 802.11g. Outdoor WLAN menggunakan standar WLAN 802.16 atau dikenal dengan IEEE WirelessMAN dan dikomersilkan oleh WiMAX (Worldwide Interoperability for Microwave Access).

Standar WLAN 802.16
– Harga perangkatnya sangat mahal
– Bekerja diatas frekwensi 5 GHz
– Biasanya dipakai oleh operator telekomunikasi

Penggunaan 802.11 di Outdoor
Radio 802.11b hanya punya 11 kanal. Pemasangannya harus mengikuti kaidah Line of Sight (LoS). Penggunaan 802.11 di Outdoor membutuhkan tower jika dua titik berada di level yang berbeda dan pemanfaatan daya yang kecil harus betul-betul diperhitungkan, serta harus mengatasi interferensi yang terjadi.