Category Archives: Self Development

Indonesia – Canada Youth Exchange Program 2014

icyep2

Bulan maret lalu saya sukses terpilih menjadi peserta Pertukaran Pemuda Indonesia – Kanada perwakilan Gorontalo untuk periode 2014. This is one of the moment in my life that I didn’t even see it coming. Another bless in my life.

Awal mula saya tau program PPAN (Pertukaran Pemuda Antar Negara) ini dari teman saya. Saya memang selalu diwanti-wanti sama dia tiap tahun, ngotot kalo saya harus ikut program ini. Saya sendiri sih memang dari dulu pengen bisa ikut kegiatan apalagi kegiatan pertukaran pemuda skala internasional begini, siapa sih yang nggak mau mewakili negaranya buat jadi delegasi pemuda indonesia di negara orang? Atau gamblangnya aja nih ya, siapa sih yang nggak mau ke luar negeri… Gratis ?  Hehe.

Proses seleksinya diselenggarakan oleh PCMI Gorontalo sebulan lalu di mess haji Tapa, Gorontalo selama 3 hari 2 malam. Awalnya saya hampir tidak bisa ikut seleksi ini karena waktu saya mendaftar ke Dinas Pemuda & Olahraga kecamatan, ternyata kuota untuk kecamatan tempat tinggal saya sudah full, terpaksa saya masuk di list peserta ‘cadangan’. Yasudahlah, saya relakan saja. Lagian salah sendiri terlambat mendaftarkan diri padahal pendaftaran sudah dibuka dari seminggu sebelumnya. Duh!

5 hari kemudian pas hari proses seleksi dimulai, waktu itu saya baru pulang dari ngampus sekitar jam 12 siang, naik motor panas-panasan, ditambah motor pake acara mogok ditengah jalan. Terpaksa saya harus jalan dibawah panas matahari sambil dorong motor ke engkong bensin terdekat, dan yang terdekat itu sekitar 80 meter! !  Tiba-tiba temen saya yang kebetulan panitia PCMI Gorontalo nelfon, katanya satu orang peserta dari kecamatan saya mengundurkan diri karena kurang sehat, jadilah saya diminta buat menggantikan beliau yang malang itu. Saya segera disuruh ke mess haji saat itu juga sama temen saya karena seleksinya udah mulai. Well… Thus conclude my story.

Bisa pergi ke luar negeri emang udah jadi keinginan saya sejak masih SMP. Ketika kita punya sebuah keinginan, maka pada detik itu pula kita mulai mikir bagaimana supaya keinginan itu bisa terwujud. Nah, mulai saat itu saya mulai giat mempersiapkan diri untuk suatu saat nanti bisa benar-benar pergi ke luar negeri. Persiapan saya apa aja? Kalo ingin ke luar negeri, otomatis salah satu hal yang harus kita permantap adalah bahasa! Yup, saya mulai giat belajar bahasa inggris sejak di bangku SMA, mulai dari ikut kursus sampai belajar otodidak. Selain mempermantap skill bahasa, hal lain yang saya rasa perlu dipersiapkan adalah pengetahuan dasar soal dunia luar alias negara yang menjadi prioritas saya untuk dikunjungi nanti, baik itu dalam segi budayanya, nilai-nilai yang dianut di negara tersebut, isu-isu yang ada di negara tersebut, dll. Yang jelas ketika berada di negara itu saya tidak mau sampe merasa kayak ada di planet lain! Yang terakhir yaah… belajar yang bener di sekolah, nak!

Sejak duduk di bangku kuliah, saya mulai gencar ngulik sana-sini buat cari info yang menawarkan kesempatan ke luar negeri. Entah itu beasiswa long-term, short-term, pertukaran pelajar, pertukaran pemuda, pertukaran bayi *EH…!* 3 kali ikut TOEFL prediction dengah hasil score yang “hoekk!” sampai terakhir ikut TOEFL iBT yang scorenya alhamdulilah, sesuatu!!! Pokoknya usaha apapun itu, saya bersedia lakukan demi mengejar kesempatan ke luar negeri. Saya juga sudah 3 kali berturut-turut ikut seminar-seminar beasiswa luar negeri semacam AMINEF, mengirim berkas dan sebagainya. Tapi namanya juga belum rejeki yaaah, di sabarin saja. Yang penting jangan menyerah, karena kalo sudah ada niat untuk menyerah maka semua pintu menuju keberhasilan akan tertutup buatmu. Adios amigo!

Oke, Jadi tahapan seleksi apa saja yang saya lewati dalam rangka pemilihan kandidat peserta ICYEP 2014 ini? Cekidot….

1. Tes Tulisan

Ini kesannya kaya ujian penerimaan CPNS kali ya! Tapi tenang hadirin sekalian, ini bukan tes tulisan yang disuruh menguraikan persamaan aljabar linear atau butir-butir Pancasila & UUD 1945. Di tes tulisan ini kita cuma disuruh menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan personal statement yang berhubungan dengan  program PPAN ini dan beberapa visi dan misi anda kedepannya nanti. Jadi, kalo kalian sudah tau betul tujuan kalian utuk ikut program PPAN ini, tes satu ini bisa kalian lewati dengan santai saja.

2. Tes Wawancara

Tes yang satu ini memang lumayan bikin deg-degan. Soalnya kita diwawancara langsung sama panitia PCMI. So, sesi wawancara ini dibagi menjadi beberapa post. Diantaranya post Community Development, post Kebaharian, post Kesenian, post Ilmu Pengetahuan, dan post ini-itu (maapkan daya ingat ini).

3. Forum Group Discussion

Yang sering ikut kegiatan debat pasti akan familiar dengan tes yang satu ini. Jadi, FGD itu semacam debat. Apa saja yang dilakukan dalam sesi group discussion ini ? Ya berdiskusi lah… Masa curhat? Topik diskusinya tidak beda jauh dari motion-motion yang biasa dipake dalam kompetisi debat nasional.

4. Outdoor Activity

Inilah  kegitan untuk hepi-hepi setelah mengerahkan nalar dan dan saling berkuras otak di forum Group discussion plus menghadapi ‘kursi panas’ di tes wawancara sebelumnya. Di kegiatan ini kita bisa refresh sejenak untuk menenangkan saraf-saraf otak yang dari awal memang sudah ‘sarap’. Dimulai dengan kegiatan membuat karya dari barang-barang bekas yang dibentuk dalam beberapa kelompok, kemudian dilanjutkan dengan games-games menarik yang membutuhkan teamwork skills. Yang dinilai dari kegiatan ini adalah kemampuan kita dalam bekerja sama dalam sebuah tim, bagaimana mengatur tim kita agar bisa kompak. Kalau bisa kompak ya bisa berhasil, berhasilnya sama-sama. Kalau gak bisa kompak ya gagal, gagalnya sama-sama. Karena dalam sebuah tim tidak ada yang namanya menang sendiri dan gagal sendiri. Intinya begitu!

5. Community Development

Di kegiatan ini kita diminta untuk presentasi dalam bentuk tim. Masing-masing tim diberikan satu studi kasus atau isu untuk dicarikan solusi. Contohnya, waktu itu tim saya diminta mencarikan solusi untuk mengganti minyak tanah sebagai bahan bakar kompor untuk kebutuhan rumah tangga keluarga level ekonomi lemah. Karena minyak tanah saat ini dianggap tergolong mahal untuk keluarga kelas bawah, maka dari itu tim saya harus bisa mencarikan alternatif pengganti minyak tanah yang tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak mereka tapi juga dapat diperoleh dengan harga relatif lebih murah dibanding minyak tanah. Dalam presentasi ini,  outcome yang dihasilkan oleh tiap tim dapat berupa produk atau gagasan, tergantung isu yang ada.

6. Pertunjukan Kesenian

Dari namanya sudah tak perlu saya jelaskan lagi ya. Yang jelas dalam sesi ini, kami para peserta diminta melakukan pertunjukan kesenian seperti vocal group, dan tarian (tarian tradisioanal ya! Bukan hip-hop atau breakdance apalagi goyang gregaji!) Saya termasuk salah satu peserta tari, tari Saman!!! Saya memang penggemar berat tari Saman. Sering liat pertunjukannya di channel-channel TV Internasional sekelas Arirang, National Geographic, NHK, sampai BBC! Rasanya bangga gitu Indonesia punya tarian yang bukan hanya dikenal masyarakat dunia tapi juga membuat mereka berdecak kagum sama budaya kita. Ini juga salah satu tarian yang masuk ke daftar UNESCO World Natural Heritage! Crazy! Sayangnya performance saya kurang ‘ngeh’ waktu pertunjukan. banyak gerakan yang salah, mental buyar, keringat dingin, nggak konsen gara-gara nervous harus tampil didepan banyak orang. Untung gak epilepsi ditempat…

Jadi, itulah ke-6 tahapan penyeleksian yang harus saya lewati selama 3 hari 2 malam. Melelahkan, but it’s all worth it!

The Power Nap

PowerNap

I’m a night owl, to begin with. And I know I’m not alone!
I notice that most of teenagers and adults nowadays are suffering with this common issue. SLEEP DISORDER it is! Whether it’s insomnia, sleep inertia, or sleep deprivation, which is simply speaking that they’re struggling with their distorted body-clock. Resulting in difficulty to hit the bed earlier in the evening and wake up at noon instead of in the early morning like a human being should. Yet however, this is one condition that hardly to overcome. Some people didn’t choose to be a night owl. The environment and psychological conditions are several of many factors that might made it happen.

 If you’re one of those guys who have ever experienced sleep deprivation before, you would agree if I say that sleeping less than 4 or 5 hours practically makes you to to feeling grogginess upon waking up. This is can be a problem if  you have to start your activity such as go to work, school, or classes in the early morning. In that case, there’s nothing you can do but immediately hitting the ground and make your way throughout the day with the energy that hasn’t even fully charged. Although some caffeine can actually support, but that’s not what you want to always do for lifetime, am I right?

 I will share my experience about how power nap can effectively benefited me for these past two weeks. Yes, I’m a newbie in it! I knew about power nap since long ago but hadn’t got the willingness to give it a try until recently. So, I’m a night owl, just as I said before. I tend to sleep around 4 or 5 PM and have to wake up 3 hours after due to my activities which are mainly started in the morning. Meaning that I only have approximately 3 to 5 hours of sleep a day. Such condition made my stress hormone levels peaked up and not rarely caused me depression and anxiety during the day. Resulting in bad performance at school and workplace. Power nap did just wonder for me. I can already feel the benefit instantly ever since I put it in my daily ritual. During the break time, I always took a nap about 70-90 minutes despite the fact that I only had couple of hours of sleep last night and sometimes I just feel like crashed (just like an over-heated computer! — bad humor).  And that 90 minutes snooze in fact, has successfully made me feel like I’m fully charged right when I hit the ground upon waking up!  But there are some rule for an effective nap. It’s all about the duration you take during the nap !

Okay, so here are some scientific fact that I managed to find about the time setting of power naps:

10 to 20 Minutes Nap

This power nap is ideal for power boost in alertness and energy. This lengths usually limits you to the lighter stage of non-rapid eye movement (NREM) sleep. Making you easier to hit the ground running after waking up.

30 Minutes Nap

Sleeping this long may cause sleep inertia. A hangover-like groggy feeling that lasts for up to 30 minutes after waking up before the nap’s restoratives benefits become apparent.

60 Minutes Nap

This nap is best for improvement in remembering facts, faces, and names. It included slow-waves sleep, the deepest type.

90 Minutes Nap

This is a full cycle of sleep. Meaning the lighter and deeper stages including rapid eye movement (REM)  sleep. Typically linked to the dreaming stages.  This leads to improved emotional and procedural memory and creativity. Making it easier to wake up.

Those are some fun facts about nap. So, next time if you happened to having little sleep, why don’t try one of these nap techniques to gear yourself up back instead of grabbing another caffeine.

Book Review: Outliers by Malcolm Gladwell

Saya sudah selesai membaca buku buku yang saya beli tiga hari yang lalu.

Outliers, Blink, dan Brillian Thiker.

Outliers dan Blink ditulis oleh pengarang yang sama yakni Malcolm Gladwell.

Brillian Thinker ditulis oleh…uhm.. Lupa !XD

Yah begitulah, saya menghabiskan kira kira Rp.200 ribuan untuk beli buku buku itu. Yeah, but it’s worth it tho’

Sejauh ini saya sudah selesai membaca Brillian Thinker dan Outliers, jadi disini saya belum akan menuliskan review dari buku Blink. : ) But soon I will

Nah, buku yang pertama saya baca itu Briliant Thinker.

Ini sih sebenarnya Cuma kayak kebanyakan buku-buku “self development” lainnya, kayak Quantum Learning yang saya beli di Jakarta lalu.

Kira-kira isinya tentang cara-cara membangkitkan semangat belajar, teknik membaca cepat, teknik berpikir menggunakan kedua belah otak, teknik berpikir diveregen dan sebagainya.

Tapi nggak seluruhnya sama sih, ada beberapa bab bab menarik yang belum pernah saya baca sebelumnya. Bukunya berisi tentang teknik teknik berpikir diveregen, lateral, dan berpikir kreatif. Di dalamnya juga ada beberapa kuisioner yang bisa kita isi setelah kita selesai membaca satu bab. Kuisioner ini memberitahukan seberapa baik kemampuna kita (contohnya:) dalam berpikir kreatif.

Intinya yah, mengajaran kita untuk mengubah cara berpikir kita dari yang konvensonal dan vertical menjadi cara berpikir yang lebih kreatif.

Nah, kemudian ada Outliers, buku kedua yang saya baca.

Isi bukunya kurang lebih menceritakan tentang rahasia dan kisah orang-orang sukses yang berhasil melakukan perubahan pada peradaban dunia. Di buku itu disebutkan kalau ada faktor-faktor tertentu yang mendukung keberhasilan orang selain faktor kerja keras dan kedisiplinan. Faktor-faktor lain yang dimaksudkan adalah faktor Tahun kelahiran dan faktor Lingkungan. Kedua faktor itu (katanya) mempunyai peran penting dalam membangun kesuksesan seseorang.

Faktor pertama, tanggal lahir, disebut sebagai faktor ketidaksengajaan yang secara tidak sengaja membuka kesempatan untuk sukses bagi beberapa orang yang lahir pada tahun-tahun tertentu. Contohnya, Bill Gates dan Steve Jobs. Kedua orang ini masuk dalam jajaran daftar orang terkaya di Amerika dan juga orang tersukses. Mereka berdua lahir pada tahun 1955. Tahun sesudah perang dunia ke dua, di mana pada saat itu negara-negara adidaya berlomba-lomba dalam persaingan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Nah, si Bill Gates dan Steve Jobs ini bergabung di sebuah grup atau tim yang disebut “Perkumpulan Penggemar Komputer”. Si Bill Gates ini karena berhubung dia maniak computer, dan berhubung dia juga anak orang tajir (dimana segala kebutuhannya mungkin bisa difasilitasi oleh orang tuanya), jadi-lah dia bereksperiman dengan algoritma permograman yang akhirnya terbentuklah Microsoft. Si Steve Jobs, yang tinggalnya di dekat lembah silicon (Silicon Valley), sering mencoba bereksplorasi dan katanya diam diam sering bergabung dalam diskusi-diskusi yang dilakukan oleh para penambang di silicon valley. Akhirnya dia menemukan sebuah gagasan untuk mengembangkan beberapa piranti elektronik dengan model yang lebih praktis dan menarik menggunakan bahan silicon. Terciptalah sebuah Trademark Apple.

Kemudian faktor yang kedua yakni faktor lingkungan. Menurut buku Outliers, kesuksesan seseorang juga di tentukan oleh cara mereka bersikap, dan juga cara mereka mengendalikan diri mereka terhadap orang-orang disekelilingnya. Ciri ciri seorang anak yang berpotensi menjadi seorang yang sukses di masa depan dapat dilihat dari cara mereka menguasai diri mereka ketika berhadapan dengan orang orang di sekelilingnya. Anak-anak yang memliki sikap seperti ini biasanya dapat mengatasi situasi ketika dimana ia dihadpkan dengan orang orang yang memiliki “kuasa” atas dirinya, seperti Guru, atau Orang tua mereka.

Nah, sikap seperti ini, menurut Gladwell, tidak muncul dengan sendirinya dan bukanlah pembawaan dari lahir atau karena faktor keturunuan. Melainkan cara orang tua dalam mendidik anak mereka. Dan menurut Gladwell sikap orang tua sperti ini umumnya dimiliki para orang-orang KAYA. 

Anak yang berasal dari keluarga kaya biasanya selalu di ajar untuk membangun pribadi yang kuat dan diberi pengertian tentang persamaan hak. Orang tua kaya selalu berupaya mengajarkan anak-anak mereka untuk tidak terinitimidasi oleh orang orang yang memiliki kuasa seperti guru mereka, dokter yang memeriksa mereka, dan sebagainya. Mereka di ajarkan untuk dapat menguasai diri mereka sendiri dan mempertahannkan hak dan pendapat mereka, dan sikap seperti ini sudah diajarkan kepada anak-anak orang kaya sejak mereka kecil.

Sedangkan orang miskin dinilai tidak memiliki sikap seperti ini dikarenakan orang miskin sejak awal merasa tertindas oleh orang-orang yang memiliki kuasa. Sehingga, anak-anak dari keluarga miskin tidak mempunyai keberanian untuk mempertahankan hak-hak atas dirinya, anak yang berasal dari keluarga tidak kaya cenderung takut dan pasrah atas perlakuan orang-orang yang memiliki “kuasa”.

Menurut saya ini agak masuk akal, karena saya melihat pada umumnya anak-anak orang kaya memiliki sikap percaya diri dibandingkan dengan anak-anak seusianya yang tidak kaya. Mungkin ini karena prinsip untuk “menguasai diri sendiri” yang umumnya terdapat pada pribadi orang kaya.

Tapi dilain sisi, tidak semua orang “yang tidak kaya” memiliki sikap pesimis dan pasrah terhadap diri mereka.

Sebagai pembaca, saya ingin memberikan pendapat saya tentang buku Malcolm Gladwell ini.

Pertama, dalam kasus Tahun kelahiran yang katanya menjadi salah satu faktor yang membuka peluang kesuksesan bagi orang orang seperti Bill Gates dan Steve Jobs.

Pasca perang dunia 2 memang merupakan saat yang paling tepat untuk mengembangkan teknologi yang inovatif, seperti apa yang dilakukan pada Bill Gates dan Steve Jobs. Tetapi menurut saya, kesuksesan tidak mutlak dapat diraih seseorang hanya dalam saat-saat tertentu.

Bayangkan jika Bill Gates baru mendirikan Microsoft 5 tahun yang lalu dan produk Apple baru diperkenalkan ke publik 3 tahun yang lalu. Saya rasa mereka akan tetap berpeluang menjadi orang sukses, karena pada kenyataannya hingga saat ini Apple tetap menjadi produk yang paling unggul diantara seluruh perangkat elektronik lainnya dan Microsoft masih tetap mendominasi para pengguna PC di seluruh dunia. Bayangkan jika orang-orang dengan gagasan sefenomenal ini baru muncul 5 tahun yang lalu.

Sejak awal Microsoft memang sudah menjadi pelopor piranti lunak computer. Jadi, kalaupun Microsoft tidak pernah ditemukan sesudah tahun perang dunia ke 2, akan ada kemungkinan kalau teknologi computer tidak akan semaju pada saat ini. Atau sebaliknya, akan ditemukan teknologi computer yang jauh berbeda dari teknologi yang ada saat ini. Dan tentunya akan berbeda dari teknologi yang ada pada Microsoft maupun Apple.

Begitu pula dengan Apple. Bayangkan jika Apple saat ini belum didirikan, apakah akan muncul produk-produk imitasi iPad seperti (maaf) Samsung Galaxy Tab? Apakah orang-orang akan menggunakan Ipod atau masih menggunakan walkman yang setidaknya sudah lebih dikembangkan dengan teknologi yang lebih canggih?

Coba bayangkan kalau hal yang seperti ini terjadi, dan tiba-tiba ada orang orang seperti Bill Gates dengan Microsoftnya dan Steve Jobs dengan Apple nya datang? Penggebrakan terhadap dunia teknologi akan tetap terjadi, bagaimanapun situasi pada saat itu. Karena pada saat itu-lah kesempatan untuk melakukan pembaharuan dengan ide-ide baru. Seberapa yakinkah kita kalau akan ada orang selain Bill Gates atau Steve Jobs yang mampu menciptakan Piranti Lunak sehebat Microsoft atau Produk elektronik se-revolusioner Apple? Atau mungkin ada orang lain dengan ide yang lebih hebat? Kalaupun ada, itu tak akan berpengaruh banyak terhadap kehadiran Microsoft dan Apple, Karena kemunculan kedua perusahaan ini akan menjadi hal yang sama sekali berbeda.

Daripada disebut sebagai faktor keberhasilan berdasarkan tahun lahir, saya lebih setuju kalau itu disebut sebagai faktor “Kesempatan”. Dimana pada saat itu pemikiran inovatif dari orang-orang seperti Bill Gates dan Steve Jobs yang dianggap sangat revolusioner dan dapat mengubah kehidupan sosial.

Mari kita ambil contoh Mark Zuckerberg CEO jejaring sosial facebook. Dia adalah salah satu orang terkaya dan tersukses pada saat ini. Bayangkan kondisinya jika ia menemukan facebook sebelum perang dunia 2 yang dapat dioperasikan pada computer yang ada pada saat itu. Dengan menggunakan system yang jelas berbeda dari facebook yang diopersaikan pada PC saat ini, namun dengan satu fungsi yang sama, yakni untuk saling kontak satu sama lain lewat jaringan internet. Dan katakanlah pada zaman itu facebook pun hanya boleh di gunakan oleh instansi tertentu seperti pemerintahan, atau perusahan besar, dan belum diperuntukan untuk umum. Dan setelah perang dunia ke 2, atau tahun di mana Bill Gates telah melahirkan Microsoftnya dan Jobs dengan Apple nya, facebook pun mulai di kembangkan dan di publikasikan kepada umum meskipun masih dalam bentuk yang sederhana seperti salah satu sarana untuk text message online atau chatting dalam format web HTML yang sangat sederhana. Nah kalo hal seperti itu memang terjadi, jikalau facebook sudah ditemukan sejak dulu sebelum perang dunia dan dikembangkan hingga sekarang, bayangkan kiprah Mark Zuckerberg saat ini? Bayangkan akan ada berapa macam situs jejaring sosial yang sudah jauh lebih canggih dari facebook saat ini?

Lagipula, apa sih sebenarnya pengaruh faktor Tahun kelahiran? Kok kedengarannya lebih kayak suatu “Kebetulan” atau konspirasi alam di mana secara kebetulan Bill Gates lahir pada tahun 1955 dan dimana secara kebetulan perang dunai ke 2 baru saja usai, dan secara kebetulan pula Bill Gates menjadi super milyarder yang sukses. Ini memang merupaka salah satu sisi yang lain dalam memandang keberhasilan seseorang, dan ini memang merupakan sebuah cara pandang yang unik yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya. Gladwell mampu melihat rahasia dibalik keberhasilan seseorang dari sisi yang lain yakni “tahun lahir”. Ini jelas sangat berbeda dangan cara berpikir konvensional dimana kebanyakan orang meyakini bahwa keberhasilan hanya bisa dicapai ketika kita mau berusaha dan berkomitmen untuk mencapainya. Tetapi Gladwell berusaha mencari faktor lain. Ia mengobservasi segala hal dan pada akhirnya menemukan bahwa faktor tahun kelahiran juga memberi peluang pada seseorang untuk sukses.

Dan saya secara personal tidak menganggap pemikirian Gladwell sebagai sesuatu yang keliru. Gladwell, menurut saya, mempresentasikan cara pandangnya dari sudut yang berbeda, yakni bahwa tahun kelahiran bisa menjadi salah satu penentu keberhasilan seseorang. Dan dalam satu sisi, hal ini cukup masuk akal jika diiterpretasikan sebagai faktor “peluang”.

Pada intinya, saya berpendapat bahwa sukses itu membutuhkan 3 faktor yakni “kemauan, kesiapan dan kesempatan”.

Orang orang seperti Bill Gates atau Steve Jobs memiliki ketiga faktor tersebut. Namun bukan berarti orang yang merasa tidak memiliki faktor yang ke-3 akan gagal menjadi orang sukses. Faktor pertama dan kedua adalah syarat yang paling utama, sedangkan faktor ketiga adalah manifestasi dari kedua faktor sebelumnya. Singkatnya, siapapun yang memiliki integritas dan komitmen untuk menjadi orang sukses, maka dialah calon orang sukses.

Buku Outliers ini menurut saya adalah buku yang fenomenal (nggak rugi ngeluarin duit 75 rb!).

Masih ada beberapa bab-bab menarik yang pengen saya review, seperti bab “Mengapa orang Asia sangat pandai Matematika” dan bab berjudul “Marita” yang bikin saya sampe ngerengek waktu bacanya.

Saya akan cari waktu untuk mereview bab-bab lainnya.

Mind Map: Menggunakan Citra Visualisasi Untuk Membangun Gagasan

Ada berbagai cara yang dapat diguanakan untuk menyimpulkan suatu informasi yang didapatkan, seperti kegiatan mencatat, merekam, atau mengvisualisasikannya melalui bagan ataupun diagram. Namun pada umumnya orang-orang lebih cenderung melakukan kegiatan mencatat untuk membuat kesimpulan dari informasi yang mereka dapatkan, dengan merangkum poin-poin tertentu dari suatu informasi sehingga didapatkan kesimpulan yang jelas dan informatif. Hingga kini gaya mencatat konvensional masih cenderung digunakan, informasi yang didapatkan melalui bacaan maupun media auditorial-visual seperti televisi dan radio dirangkum dalam bentuk outline atau baris-baris yang diberi point, gaya mencatat ini umum digunakan oleh para pelajar ataupun wartawan yang melakukan wawancara.

Merangkum sebuah informasi penting dilakukan guna mendapatkan kesimpulan atau inti yang jelas dari suatu informasi yang didapatkan, oleh karena itu kemampuan mencatat yang baik amat diperlukan agar dapat mendapatkan kesimpulan yang jelas. Teknik mencatat dengan format outline yang tradisional ini mempersulit kita untuk medapatkan gambaran dan melihat kaitan-kaitan antara gagasan. Format mencatat outline  biasanya sulit diikuti dan jarang menampilkan intisari permasalahan yang ”sebenarnya”, dan juga cenderung membosankan serta sulit menempel pada ingatan kita untuk jangka waktu yang panjang.

Contoh gaya mencatat dengan format outline:

PENGGELONDONGAN BANDENG

I. PENGERTIAN

Kegiatan penggelondongan nener merupakan mata rantai yang bertujuan salah satunya adalah menekan mortalitas benih karenan pengelondongan nener adalah masa awal pemeliharaan yang    dianggap sebagai   masa paling kritis.

II. PEMILIHAN LOKASI

– Mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan lokasi seperti tata ruang

– Jarak lokasi ideal dari sumber benih/nener maksimal 12 jam.

– Sarana transportasi dan kelancaran sarana angkutan.

– Jaringan listrik. Sarana yang diperhatikan dalam memilih lokasi adalah yang dekat dengan jaringan listrik negara (PLN).

III. SISTEM PETAK PENENERAN

Petakan untuk nener.

– Petakan untuk gelondongan.

– Petakan Aklimatisasi.

-Tempat pengumpulan (tempat untuk panen)

Pintu dan gorong-gorong.

Teknik mencatat dengan format outline seperti diatas terbukti tidak efisien dan berbelit. Susunan poin-poin yang linear dan hanya  berorientasi pada otak kiri menyebabkan orang cenderung melewati beberapa poin sehingga tidak semua poin dari catatan yang tertangkap oleh otak.

Mind Mapping adalah gaya mencatat dengan menggunakan citra visual dimana otak anda dapat mengingat informasi dalam bentuk gambar-gambar dan simbol-simbol. Teknik Mind Mapping  pertama kali dikembangkan oleh  Tony Buzan  pada tahun 1970 berdasarkan pada riset tentang bagaimana cara kerja otak yang sebenernya. Gaya mencatat dengan Mind Mapping jauh lebih mudah dan efisien dibandingkan dengan gaya mencatat outline yang tradisional, karena dalam teknik Mind Mapping, kedua belah otak kita dapat bersinergi dan bekerja secara aktif. Cara ini juga lebih menyenangkan, menenangkan, dan kreatif.

Berikut adalah langkah-langkah untuk menyusun catatan Mind Map:

Langkah Pertama, siapkan beberapa pulpen (spidol warna SNOWMAN juga boleh Smile ) dengan warna yang berbeda-beda, kertas polos seperti HVS atau buku catatan biasa, dan kalau bisa gunakan kertas secara melebar agar mendapatkan lebih banyak tempat untuk menulis cabang atau poin-poin dari gagasan utama.

Langkah kedua, tulislah gagasan utamanya di tengah-tengah kertas anda dan lingkuplah dengan lingkaran atau balloon seperti balloon berbentuk segiempat, segitiga, dsb. Gambarlah balloon dengan bentuk sekreatif mungkin.  

Langkah ketiga, lukislah cabang yang keluar dari balloon pusat yang menjadi gagasan utamanya. Gunakan pulpen dengan warna yang berbeda-beda untuk setiap cabang-cabang poin yang keluar dari balloon gagasan utama. Tujuannya adalah agar anda dapat lebih mudah mengingat letak dan susunan poin-poin beserta inti yang dimaksudkan pada poin tersebut. Ingat! warna dapat meningkatkan daya ingat kita hingga 75%.

 

Langkah keempat, tulislah kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang yang dikembangkan untuk detail. Kata-kata kunci ini adalah kata yang menyampaikan inti sebuah gagasan dan memicu ingatan anda. Jika anda menggunakan singkatan atau mnemonik, pastikan bahwa anda mengenal singkatan-singkatan atau mnemonik ini sehingga anda dapat dengan mudah mengenal artinya selama berhari-hari atau berminggu-minggu setelahnya.

 

Langkah kelima, ini adalah langkah yang paling penting dan mengasyikan. Tambahkan ilustrasi-ilustrasi pada tiap cabang dari balloon gagasan anda. Tujuan dari menambahkan ilustrasi ini adalah agar mempermudah anda dalam mengingat poin-poin tertentu yang terasosiasi dengan ilustrasi yang anda buat. Misalnya, ketika salah satu cabang dari gagasan utama anda adalah “Suhu bumi yang makin meningkat”, anda bisa menambahkan ilustrasi bumi yang sedang berasap-asap, pokoknya gambarkan sekreatif mungkin, dan jangan lupa untuk mewarnai ilustrasi anda dengan warna yang menarik. Semakin unik gambar ilustrasi anda maka semakin mudah anda mengingat poin tersebut bahkan untuk jangka waktu yang lama.

 

 

Berikut adalah contoh catatan dengan topik “Cara Kerja Otak” yang saya buat dengan menggunakan teknik Mind Mapping.

img

Teknik Mind Mapping sudah saya terapkan ketika saya masih duduk di bangku SMA setelah membaca buku Quantum Learning karya Bobbi DePorter dan Mike Hernacki yang memuat teknik-teknik mencatat dengan menggunakan Mind Mapping. Teknik mencatat seperti ini terbukti (pada saya) 100% berhasil. Pengalaman saya mencatat dengan cara konvensional yang tidak efisien dan rumit membuat saya memilih untuk beralih ke teknik mencatat dengan menggunakan Mind Mapping, saat perkuliahan, seminar, atau diskusi, cara mencatat seperti ini sangat membantu saya untuk menyusun rangkuman, memperoleh kesimpulan serta memunculkan gagasan-gagasan yang baik.

Awalnya mungkin teknik mencatat dengan Mind Mapping akan terkesan aneh dan berbeda, tapi dengan penerapan yang terus-menerus, anda akan terbiasa dengan metode mencatat seperti ini, dan anda akan terkejut dengan hasil yang didapatkan serta perbedaannya dari teknik mencatat outline yang kuno dan konvensional.