Category Archives: Notes

Indonesia – Canada Youth Exchange Program 2014

icyep2

Bulan maret lalu saya sukses terpilih menjadi peserta Pertukaran Pemuda Indonesia – Kanada perwakilan Gorontalo untuk periode 2014. This is one of the moment in my life that I didn’t even see it coming. Another bless in my life.

Awal mula saya tau program PPAN (Pertukaran Pemuda Antar Negara) ini dari teman saya. Saya memang selalu diwanti-wanti sama dia tiap tahun, ngotot kalo saya harus ikut program ini. Saya sendiri sih memang dari dulu pengen bisa ikut kegiatan apalagi kegiatan pertukaran pemuda skala internasional begini, siapa sih yang nggak mau mewakili negaranya buat jadi delegasi pemuda indonesia di negara orang? Atau gamblangnya aja nih ya, siapa sih yang nggak mau ke luar negeri… Gratis ?  Hehe.

Proses seleksinya diselenggarakan oleh PCMI Gorontalo sebulan lalu di mess haji Tapa, Gorontalo selama 3 hari 2 malam. Awalnya saya hampir tidak bisa ikut seleksi ini karena waktu saya mendaftar ke Dinas Pemuda & Olahraga kecamatan, ternyata kuota untuk kecamatan tempat tinggal saya sudah full, terpaksa saya masuk di list peserta ‘cadangan’. Yasudahlah, saya relakan saja. Lagian salah sendiri terlambat mendaftarkan diri padahal pendaftaran sudah dibuka dari seminggu sebelumnya. Duh!

5 hari kemudian pas hari proses seleksi dimulai, waktu itu saya baru pulang dari ngampus sekitar jam 12 siang, naik motor panas-panasan, ditambah motor pake acara mogok ditengah jalan. Terpaksa saya harus jalan dibawah panas matahari sambil dorong motor ke engkong bensin terdekat, dan yang terdekat itu sekitar 80 meter! !  Tiba-tiba temen saya yang kebetulan panitia PCMI Gorontalo nelfon, katanya satu orang peserta dari kecamatan saya mengundurkan diri karena kurang sehat, jadilah saya diminta buat menggantikan beliau yang malang itu. Saya segera disuruh ke mess haji saat itu juga sama temen saya karena seleksinya udah mulai. Well… Thus conclude my story.

Bisa pergi ke luar negeri emang udah jadi keinginan saya sejak masih SMP. Ketika kita punya sebuah keinginan, maka pada detik itu pula kita mulai mikir bagaimana supaya keinginan itu bisa terwujud. Nah, mulai saat itu saya mulai giat mempersiapkan diri untuk suatu saat nanti bisa benar-benar pergi ke luar negeri. Persiapan saya apa aja? Kalo ingin ke luar negeri, otomatis salah satu hal yang harus kita permantap adalah bahasa! Yup, saya mulai giat belajar bahasa inggris sejak di bangku SMA, mulai dari ikut kursus sampai belajar otodidak. Selain mempermantap skill bahasa, hal lain yang saya rasa perlu dipersiapkan adalah pengetahuan dasar soal dunia luar alias negara yang menjadi prioritas saya untuk dikunjungi nanti, baik itu dalam segi budayanya, nilai-nilai yang dianut di negara tersebut, isu-isu yang ada di negara tersebut, dll. Yang jelas ketika berada di negara itu saya tidak mau sampe merasa kayak ada di planet lain! Yang terakhir yaah… belajar yang bener di sekolah, nak!

Sejak duduk di bangku kuliah, saya mulai gencar ngulik sana-sini buat cari info yang menawarkan kesempatan ke luar negeri. Entah itu beasiswa long-term, short-term, pertukaran pelajar, pertukaran pemuda, pertukaran bayi *EH…!* 3 kali ikut TOEFL prediction dengah hasil score yang “hoekk!” sampai terakhir ikut TOEFL iBT yang scorenya alhamdulilah, sesuatu!!! Pokoknya usaha apapun itu, saya bersedia lakukan demi mengejar kesempatan ke luar negeri. Saya juga sudah 3 kali berturut-turut ikut seminar-seminar beasiswa luar negeri semacam AMINEF, mengirim berkas dan sebagainya. Tapi namanya juga belum rejeki yaaah, di sabarin saja. Yang penting jangan menyerah, karena kalo sudah ada niat untuk menyerah maka semua pintu menuju keberhasilan akan tertutup buatmu. Adios amigo!

Oke, Jadi tahapan seleksi apa saja yang saya lewati dalam rangka pemilihan kandidat peserta ICYEP 2014 ini? Cekidot….

1. Tes Tulisan

Ini kesannya kaya ujian penerimaan CPNS kali ya! Tapi tenang hadirin sekalian, ini bukan tes tulisan yang disuruh menguraikan persamaan aljabar linear atau butir-butir Pancasila & UUD 1945. Di tes tulisan ini kita cuma disuruh menjawab pertanyaan-pertanyaan dengan personal statement yang berhubungan dengan  program PPAN ini dan beberapa visi dan misi anda kedepannya nanti. Jadi, kalo kalian sudah tau betul tujuan kalian utuk ikut program PPAN ini, tes satu ini bisa kalian lewati dengan santai saja.

2. Tes Wawancara

Tes yang satu ini memang lumayan bikin deg-degan. Soalnya kita diwawancara langsung sama panitia PCMI. So, sesi wawancara ini dibagi menjadi beberapa post. Diantaranya post Community Development, post Kebaharian, post Kesenian, post Ilmu Pengetahuan, dan post ini-itu (maapkan daya ingat ini).

3. Forum Group Discussion

Yang sering ikut kegiatan debat pasti akan familiar dengan tes yang satu ini. Jadi, FGD itu semacam debat. Apa saja yang dilakukan dalam sesi group discussion ini ? Ya berdiskusi lah… Masa curhat? Topik diskusinya tidak beda jauh dari motion-motion yang biasa dipake dalam kompetisi debat nasional.

4. Outdoor Activity

Inilah  kegitan untuk hepi-hepi setelah mengerahkan nalar dan dan saling berkuras otak di forum Group discussion plus menghadapi ‘kursi panas’ di tes wawancara sebelumnya. Di kegiatan ini kita bisa refresh sejenak untuk menenangkan saraf-saraf otak yang dari awal memang sudah ‘sarap’. Dimulai dengan kegiatan membuat karya dari barang-barang bekas yang dibentuk dalam beberapa kelompok, kemudian dilanjutkan dengan games-games menarik yang membutuhkan teamwork skills. Yang dinilai dari kegiatan ini adalah kemampuan kita dalam bekerja sama dalam sebuah tim, bagaimana mengatur tim kita agar bisa kompak. Kalau bisa kompak ya bisa berhasil, berhasilnya sama-sama. Kalau gak bisa kompak ya gagal, gagalnya sama-sama. Karena dalam sebuah tim tidak ada yang namanya menang sendiri dan gagal sendiri. Intinya begitu!

5. Community Development

Di kegiatan ini kita diminta untuk presentasi dalam bentuk tim. Masing-masing tim diberikan satu studi kasus atau isu untuk dicarikan solusi. Contohnya, waktu itu tim saya diminta mencarikan solusi untuk mengganti minyak tanah sebagai bahan bakar kompor untuk kebutuhan rumah tangga keluarga level ekonomi lemah. Karena minyak tanah saat ini dianggap tergolong mahal untuk keluarga kelas bawah, maka dari itu tim saya harus bisa mencarikan alternatif pengganti minyak tanah yang tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak mereka tapi juga dapat diperoleh dengan harga relatif lebih murah dibanding minyak tanah. Dalam presentasi ini,  outcome yang dihasilkan oleh tiap tim dapat berupa produk atau gagasan, tergantung isu yang ada.

6. Pertunjukan Kesenian

Dari namanya sudah tak perlu saya jelaskan lagi ya. Yang jelas dalam sesi ini, kami para peserta diminta melakukan pertunjukan kesenian seperti vocal group, dan tarian (tarian tradisioanal ya! Bukan hip-hop atau breakdance apalagi goyang gregaji!) Saya termasuk salah satu peserta tari, tari Saman!!! Saya memang penggemar berat tari Saman. Sering liat pertunjukannya di channel-channel TV Internasional sekelas Arirang, National Geographic, NHK, sampai BBC! Rasanya bangga gitu Indonesia punya tarian yang bukan hanya dikenal masyarakat dunia tapi juga membuat mereka berdecak kagum sama budaya kita. Ini juga salah satu tarian yang masuk ke daftar UNESCO World Natural Heritage! Crazy! Sayangnya performance saya kurang ‘ngeh’ waktu pertunjukan. banyak gerakan yang salah, mental buyar, keringat dingin, nggak konsen gara-gara nervous harus tampil didepan banyak orang. Untung gak epilepsi ditempat…

Jadi, itulah ke-6 tahapan penyeleksian yang harus saya lewati selama 3 hari 2 malam. Melelahkan, but it’s all worth it!

Green Tea & Oolong Tea: Why I Started Drinking Them

So here I’m blogging again. Like it’s been years I abandoned this blog (I even forgotten the login password and had to undergo so many steps to get it back again).

Well, this time I’m going to post about Tea!
I’ve been a huge coffee lover all this time and the reason I love coffee is not just because it tastes fantastic, but it’s mainly because it gives me energy-boost that made me feel like a million dollar every morning. But ever since my Insomnia gone worse, I decided to cut my caffeine intake from coffee as much as I could. I used to drink 3 mugs of coffee per day and decided to cut it to one cup per day so I can at least a bit less energized at night. But lately, I’ve been losing touch with coffee for about two weeks. I replace coffee with Green and Oolong Tea for my daily beverages. And surely I got obvious benefits from Tea since the firs day I drank them. Guess I’ll cheating on coffee start by now.
My family are always been Tea drinkers. I remember when I was about 8 years old I lived in Makassar with my big family. Grandparents, aunties and uncles, they always gather and chitchat while drinking a cup of tea every morning. Tea is just as staple as salt and rice here in my home, and I rarely see my family drinking anything else besides Tea and water on their daily basis.
Raised in a huge “Tea-drinker” family doesn’t make me a tea lover to begin with. I’m a huge sweet tooth, and the main reason why I less liking the Tea is probably because it  tastes flat unlike coffee which is more rich of flavor. My family don’t add sugars or anything else into their tea and I’ve been experienced to drinking tasteless tea since I was a child. I know you can add some addition to your tea like milk, lemon or sugar to make it tastes better but at the same time, I prefer to get the best out of tea by drinking them bare without any addition of other substance. It’s a family hereditary I guess…
Green Tea
While most of my family having a cup of black tea every morning, I prefer go for Green Tea and Oolong Tea. Unlike Black Tea, I find Green Tea has richer and better flavor than the conventional black Tea. It also has very nice smell, it’s really calming and relaxing. And just like I’ve mention that I prefer to leave the sugar and milk aside and just drink it like that. Green tea has a natural wonderful flavor already, and adding other substance like sugar or milk would just ruining the natural taste. I drink Green tea every morning before I start my day, and also drink it right after I get back to home. It’s just really relaxing to have a cup of it after a very hectic day. It soothes and calming the nerves, very refreshing,  and good for blood circulation, and not to forget that Green Tea is the boss of Antioxidant properties which is beneficial to prevent any form of dangerous diseases. It’s a shield to protect you against so many illness from influenza, skin problems to cancer. So what to deny? Get a cup of it right now 🙂
Besides Green Tea, I also drink Oolong Tea on daily basis. Basically, it has similar flavor to black tea, I
Oolong Tea
personally can’t tell the difference of both flavor. While Green Tea has soft green yellow-ish color, Oolong tea is more like light brown color and less bitter than Green tea. Just like Tea in general, Oolong Tea has Antioxidant properties and of course a very relaxing smell which is really calming you down. I drink it with my meals or with my snacks and also after I finish jogging every Sunday morning (Yes, I only workout on Sunday morning). Oolong tea is very beneficial for those who are willing to lose weight because it boosts your metabolism so that you’ll feel more energized all the time. Drinking Oolong Tea basically decrease your appetite over fatty food and since it boosts your metabolism so well, you would feel less hungry and that way you won’t be overeating during meal time. But the greatest benefit that I ever got from drinking Oolong Tea is, it gives me energy more than when I drinking coffee and also it’s really refreshes my body and mind. Made me fully concentrate on my job and at class.
Just like I have mentioned before that I’ve been trying to consume less caffeine considering my sleep disorder. And ever since I stop drinking coffee and taking some sleeping pills, my sleep pattern started to getting better and I that I’m now capable to fall asleep at night (with some help from Nobuo Uematsu musics and mint aromatherapy). At first I was kind of afraid about Tea since it contains caffeine just like coffee has, and I don’t want to ruin my recovered sleep pattern which I’ve been struggling with for so long. But however, drinking Tea doesn’t affect my sleeping habit so far. I drink Oolong tea around 8 PM after I done working and it’s basically just relaxes my body, so it’s really a bless. But I’m not going to recommend it for people who are struggling with insomnia to drink their Tea before bed, because however, it contains caffeine which means it’ll prevent you from getting quality sleep at night. So please be considerable on your caffeine intake. Drinking Tea abusively would give you none of its benefits, moderation is always good and wise.
Anyway, in case you want to know about the brand of tea products that I use, here I’m going to show you the products of tea that I drink on daily basis:
Tong Tji Green Tea
It’s a local Green Tea product. I wonder if they sell it outside Indonesia but however you can still purchase it online on Java Trade House. The reason I decided to buy this product is because it’s considered as the best selling tea in my country, and from my friends recommendation who’ve been consuming it. This product is affordable in low price since it’s a local product, but however it’s definitely not cheap in quality. And speaking about tea products, my country (Indonesia) is one of the biggest Tea producer in the world, so I think that’s the main reason why Tea in here are generally low priced (less than 1 USD). And anyway, I’ve tasted Lipton’s Green Tea which is already known as England’s Tea brand, but Tong Tji for me has a really natural Green tea taste and nothing can beat its wonderful calming scent. But of course Lipton tastes good too, especially the chamomile tea 🙂 Tong Tji available in tea bag form and  powder form. I prefer to buy it in tea bag because it’s less of work for brewing them.
Tong Tji Green Tea, Black Tea & Jasmine Tea
Shen Long Oolong Tea
I bought the Tea in a local supermarket but actually it’s a Chinese product. So I can’t really tell much about what’s written on the back of the box LOL. This tea is wonderful, it tastes really good and the color is beautiful, and also this Shen Long brand has a wide range of tea choices. So I might try to buy their Pu Erh Tea soon. They have the Green Tea product but too bad it’s sold out when I want to buy them. It has chamomile tea too and other types of tea which are still quite sound alien for me. I guess China does drink more that 3 types of tea apparently. Anyway, this product available in box package and tin package.
Shen Long OolongTea & Tong Tji Green Tea

So, that’s it for today. I hope you enjoy your tea as well. Cheers. (^_^)

Book Review: Outliers by Malcolm Gladwell

Saya sudah selesai membaca buku buku yang saya beli tiga hari yang lalu.

Outliers, Blink, dan Brillian Thiker.

Outliers dan Blink ditulis oleh pengarang yang sama yakni Malcolm Gladwell.

Brillian Thinker ditulis oleh…uhm.. Lupa !XD

Yah begitulah, saya menghabiskan kira kira Rp.200 ribuan untuk beli buku buku itu. Yeah, but it’s worth it tho’

Sejauh ini saya sudah selesai membaca Brillian Thinker dan Outliers, jadi disini saya belum akan menuliskan review dari buku Blink. : ) But soon I will

Nah, buku yang pertama saya baca itu Briliant Thinker.

Ini sih sebenarnya Cuma kayak kebanyakan buku-buku “self development” lainnya, kayak Quantum Learning yang saya beli di Jakarta lalu.

Kira-kira isinya tentang cara-cara membangkitkan semangat belajar, teknik membaca cepat, teknik berpikir menggunakan kedua belah otak, teknik berpikir diveregen dan sebagainya.

Tapi nggak seluruhnya sama sih, ada beberapa bab bab menarik yang belum pernah saya baca sebelumnya. Bukunya berisi tentang teknik teknik berpikir diveregen, lateral, dan berpikir kreatif. Di dalamnya juga ada beberapa kuisioner yang bisa kita isi setelah kita selesai membaca satu bab. Kuisioner ini memberitahukan seberapa baik kemampuna kita (contohnya:) dalam berpikir kreatif.

Intinya yah, mengajaran kita untuk mengubah cara berpikir kita dari yang konvensonal dan vertical menjadi cara berpikir yang lebih kreatif.

Nah, kemudian ada Outliers, buku kedua yang saya baca.

Isi bukunya kurang lebih menceritakan tentang rahasia dan kisah orang-orang sukses yang berhasil melakukan perubahan pada peradaban dunia. Di buku itu disebutkan kalau ada faktor-faktor tertentu yang mendukung keberhasilan orang selain faktor kerja keras dan kedisiplinan. Faktor-faktor lain yang dimaksudkan adalah faktor Tahun kelahiran dan faktor Lingkungan. Kedua faktor itu (katanya) mempunyai peran penting dalam membangun kesuksesan seseorang.

Faktor pertama, tanggal lahir, disebut sebagai faktor ketidaksengajaan yang secara tidak sengaja membuka kesempatan untuk sukses bagi beberapa orang yang lahir pada tahun-tahun tertentu. Contohnya, Bill Gates dan Steve Jobs. Kedua orang ini masuk dalam jajaran daftar orang terkaya di Amerika dan juga orang tersukses. Mereka berdua lahir pada tahun 1955. Tahun sesudah perang dunia ke dua, di mana pada saat itu negara-negara adidaya berlomba-lomba dalam persaingan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Nah, si Bill Gates dan Steve Jobs ini bergabung di sebuah grup atau tim yang disebut “Perkumpulan Penggemar Komputer”. Si Bill Gates ini karena berhubung dia maniak computer, dan berhubung dia juga anak orang tajir (dimana segala kebutuhannya mungkin bisa difasilitasi oleh orang tuanya), jadi-lah dia bereksperiman dengan algoritma permograman yang akhirnya terbentuklah Microsoft. Si Steve Jobs, yang tinggalnya di dekat lembah silicon (Silicon Valley), sering mencoba bereksplorasi dan katanya diam diam sering bergabung dalam diskusi-diskusi yang dilakukan oleh para penambang di silicon valley. Akhirnya dia menemukan sebuah gagasan untuk mengembangkan beberapa piranti elektronik dengan model yang lebih praktis dan menarik menggunakan bahan silicon. Terciptalah sebuah Trademark Apple.

Kemudian faktor yang kedua yakni faktor lingkungan. Menurut buku Outliers, kesuksesan seseorang juga di tentukan oleh cara mereka bersikap, dan juga cara mereka mengendalikan diri mereka terhadap orang-orang disekelilingnya. Ciri ciri seorang anak yang berpotensi menjadi seorang yang sukses di masa depan dapat dilihat dari cara mereka menguasai diri mereka ketika berhadapan dengan orang orang di sekelilingnya. Anak-anak yang memliki sikap seperti ini biasanya dapat mengatasi situasi ketika dimana ia dihadpkan dengan orang orang yang memiliki “kuasa” atas dirinya, seperti Guru, atau Orang tua mereka.

Nah, sikap seperti ini, menurut Gladwell, tidak muncul dengan sendirinya dan bukanlah pembawaan dari lahir atau karena faktor keturunuan. Melainkan cara orang tua dalam mendidik anak mereka. Dan menurut Gladwell sikap orang tua sperti ini umumnya dimiliki para orang-orang KAYA. 

Anak yang berasal dari keluarga kaya biasanya selalu di ajar untuk membangun pribadi yang kuat dan diberi pengertian tentang persamaan hak. Orang tua kaya selalu berupaya mengajarkan anak-anak mereka untuk tidak terinitimidasi oleh orang orang yang memiliki kuasa seperti guru mereka, dokter yang memeriksa mereka, dan sebagainya. Mereka di ajarkan untuk dapat menguasai diri mereka sendiri dan mempertahannkan hak dan pendapat mereka, dan sikap seperti ini sudah diajarkan kepada anak-anak orang kaya sejak mereka kecil.

Sedangkan orang miskin dinilai tidak memiliki sikap seperti ini dikarenakan orang miskin sejak awal merasa tertindas oleh orang-orang yang memiliki kuasa. Sehingga, anak-anak dari keluarga miskin tidak mempunyai keberanian untuk mempertahankan hak-hak atas dirinya, anak yang berasal dari keluarga tidak kaya cenderung takut dan pasrah atas perlakuan orang-orang yang memiliki “kuasa”.

Menurut saya ini agak masuk akal, karena saya melihat pada umumnya anak-anak orang kaya memiliki sikap percaya diri dibandingkan dengan anak-anak seusianya yang tidak kaya. Mungkin ini karena prinsip untuk “menguasai diri sendiri” yang umumnya terdapat pada pribadi orang kaya.

Tapi dilain sisi, tidak semua orang “yang tidak kaya” memiliki sikap pesimis dan pasrah terhadap diri mereka.

Sebagai pembaca, saya ingin memberikan pendapat saya tentang buku Malcolm Gladwell ini.

Pertama, dalam kasus Tahun kelahiran yang katanya menjadi salah satu faktor yang membuka peluang kesuksesan bagi orang orang seperti Bill Gates dan Steve Jobs.

Pasca perang dunia 2 memang merupakan saat yang paling tepat untuk mengembangkan teknologi yang inovatif, seperti apa yang dilakukan pada Bill Gates dan Steve Jobs. Tetapi menurut saya, kesuksesan tidak mutlak dapat diraih seseorang hanya dalam saat-saat tertentu.

Bayangkan jika Bill Gates baru mendirikan Microsoft 5 tahun yang lalu dan produk Apple baru diperkenalkan ke publik 3 tahun yang lalu. Saya rasa mereka akan tetap berpeluang menjadi orang sukses, karena pada kenyataannya hingga saat ini Apple tetap menjadi produk yang paling unggul diantara seluruh perangkat elektronik lainnya dan Microsoft masih tetap mendominasi para pengguna PC di seluruh dunia. Bayangkan jika orang-orang dengan gagasan sefenomenal ini baru muncul 5 tahun yang lalu.

Sejak awal Microsoft memang sudah menjadi pelopor piranti lunak computer. Jadi, kalaupun Microsoft tidak pernah ditemukan sesudah tahun perang dunia ke 2, akan ada kemungkinan kalau teknologi computer tidak akan semaju pada saat ini. Atau sebaliknya, akan ditemukan teknologi computer yang jauh berbeda dari teknologi yang ada saat ini. Dan tentunya akan berbeda dari teknologi yang ada pada Microsoft maupun Apple.

Begitu pula dengan Apple. Bayangkan jika Apple saat ini belum didirikan, apakah akan muncul produk-produk imitasi iPad seperti (maaf) Samsung Galaxy Tab? Apakah orang-orang akan menggunakan Ipod atau masih menggunakan walkman yang setidaknya sudah lebih dikembangkan dengan teknologi yang lebih canggih?

Coba bayangkan kalau hal yang seperti ini terjadi, dan tiba-tiba ada orang orang seperti Bill Gates dengan Microsoftnya dan Steve Jobs dengan Apple nya datang? Penggebrakan terhadap dunia teknologi akan tetap terjadi, bagaimanapun situasi pada saat itu. Karena pada saat itu-lah kesempatan untuk melakukan pembaharuan dengan ide-ide baru. Seberapa yakinkah kita kalau akan ada orang selain Bill Gates atau Steve Jobs yang mampu menciptakan Piranti Lunak sehebat Microsoft atau Produk elektronik se-revolusioner Apple? Atau mungkin ada orang lain dengan ide yang lebih hebat? Kalaupun ada, itu tak akan berpengaruh banyak terhadap kehadiran Microsoft dan Apple, Karena kemunculan kedua perusahaan ini akan menjadi hal yang sama sekali berbeda.

Daripada disebut sebagai faktor keberhasilan berdasarkan tahun lahir, saya lebih setuju kalau itu disebut sebagai faktor “Kesempatan”. Dimana pada saat itu pemikiran inovatif dari orang-orang seperti Bill Gates dan Steve Jobs yang dianggap sangat revolusioner dan dapat mengubah kehidupan sosial.

Mari kita ambil contoh Mark Zuckerberg CEO jejaring sosial facebook. Dia adalah salah satu orang terkaya dan tersukses pada saat ini. Bayangkan kondisinya jika ia menemukan facebook sebelum perang dunia 2 yang dapat dioperasikan pada computer yang ada pada saat itu. Dengan menggunakan system yang jelas berbeda dari facebook yang diopersaikan pada PC saat ini, namun dengan satu fungsi yang sama, yakni untuk saling kontak satu sama lain lewat jaringan internet. Dan katakanlah pada zaman itu facebook pun hanya boleh di gunakan oleh instansi tertentu seperti pemerintahan, atau perusahan besar, dan belum diperuntukan untuk umum. Dan setelah perang dunia ke 2, atau tahun di mana Bill Gates telah melahirkan Microsoftnya dan Jobs dengan Apple nya, facebook pun mulai di kembangkan dan di publikasikan kepada umum meskipun masih dalam bentuk yang sederhana seperti salah satu sarana untuk text message online atau chatting dalam format web HTML yang sangat sederhana. Nah kalo hal seperti itu memang terjadi, jikalau facebook sudah ditemukan sejak dulu sebelum perang dunia dan dikembangkan hingga sekarang, bayangkan kiprah Mark Zuckerberg saat ini? Bayangkan akan ada berapa macam situs jejaring sosial yang sudah jauh lebih canggih dari facebook saat ini?

Lagipula, apa sih sebenarnya pengaruh faktor Tahun kelahiran? Kok kedengarannya lebih kayak suatu “Kebetulan” atau konspirasi alam di mana secara kebetulan Bill Gates lahir pada tahun 1955 dan dimana secara kebetulan perang dunai ke 2 baru saja usai, dan secara kebetulan pula Bill Gates menjadi super milyarder yang sukses. Ini memang merupaka salah satu sisi yang lain dalam memandang keberhasilan seseorang, dan ini memang merupakan sebuah cara pandang yang unik yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya. Gladwell mampu melihat rahasia dibalik keberhasilan seseorang dari sisi yang lain yakni “tahun lahir”. Ini jelas sangat berbeda dangan cara berpikir konvensional dimana kebanyakan orang meyakini bahwa keberhasilan hanya bisa dicapai ketika kita mau berusaha dan berkomitmen untuk mencapainya. Tetapi Gladwell berusaha mencari faktor lain. Ia mengobservasi segala hal dan pada akhirnya menemukan bahwa faktor tahun kelahiran juga memberi peluang pada seseorang untuk sukses.

Dan saya secara personal tidak menganggap pemikirian Gladwell sebagai sesuatu yang keliru. Gladwell, menurut saya, mempresentasikan cara pandangnya dari sudut yang berbeda, yakni bahwa tahun kelahiran bisa menjadi salah satu penentu keberhasilan seseorang. Dan dalam satu sisi, hal ini cukup masuk akal jika diiterpretasikan sebagai faktor “peluang”.

Pada intinya, saya berpendapat bahwa sukses itu membutuhkan 3 faktor yakni “kemauan, kesiapan dan kesempatan”.

Orang orang seperti Bill Gates atau Steve Jobs memiliki ketiga faktor tersebut. Namun bukan berarti orang yang merasa tidak memiliki faktor yang ke-3 akan gagal menjadi orang sukses. Faktor pertama dan kedua adalah syarat yang paling utama, sedangkan faktor ketiga adalah manifestasi dari kedua faktor sebelumnya. Singkatnya, siapapun yang memiliki integritas dan komitmen untuk menjadi orang sukses, maka dialah calon orang sukses.

Buku Outliers ini menurut saya adalah buku yang fenomenal (nggak rugi ngeluarin duit 75 rb!).

Masih ada beberapa bab-bab menarik yang pengen saya review, seperti bab “Mengapa orang Asia sangat pandai Matematika” dan bab berjudul “Marita” yang bikin saya sampe ngerengek waktu bacanya.

Saya akan cari waktu untuk mereview bab-bab lainnya.

How To Speak English Like A Native Speaker: English Advice from A.J. Hoge, Kristin Dodds, and Joe Weiss

Are you a good English reader, but not a GREAT English speaker? Do you feel that textbook English is not teaching you the REAL English you need? Is it difficult for you to understand native speakers’ conversations? Have you already improved your English, and are you ready to go to a whole new level?

 

Have you noticed that native speakers rarely use the formal English you learned in school? Why not? Because you learned formal English in school, but most native speakers use casual Conversational English when they speak to each other.

 

Several years ago, A.J. Hoge, Kristin Dodds, and Joe Weiss noticed a problem. Many English students came to America and had very painful experiences. These students knew a lot of grammar. They knew a lot of vocabulary. Some could even speak and understand FORMAL English quite well. They arrived in America feeling very confident.

 

Then they went on the street… and they were shocked! They could not understand what people said. Every week, a new student came to us and said, “I can understand CNN and the BBC, but I can’t understand what real people are saying at business meetings, at the bus stop, in the store, or at parties.” These students were always quite worried and upset.

 

A.J. Hoge, Kristin Dodds, and Joe Weiss became worried too. So they began to look at the problem. They knew they needed to find the cause of this problem– and then solve it.

After many months of searching, these people found the cause and the answer. The cause was simple– real English speakers use a lot of idioms and slang. Real people do not speak like TV announcers. They do not speak like actors. Real people use “street English” and that kind of English is filled with casual idioms, slang, and pronunciation.

Once they discovered the cause of the problem, they worked hard to create a solution… and finally they did! they decided to record REAL conversations between native speakers. No actors. No announcers. No reading. Just real people having real, spontaneous, totally natural conversations.

 

After recording these conversations, they created text for all of them– because they knew that if you could read the text, you would understand the conversations more easily.

Then they identified all of the difficult idioms, slang, and other special parts of casual, real English conversations. They created vocabulary lessons to help you understand ALL of these phrases– because most of them CANNOT BE FOUND IN A DICTIONARY!

 

After that, they decided to use the incredibly powerful Effortless English System to teach these phrases (idioms, slang, etc.) to you. Their goal– after listening to all of the lessons you will understand 100% of the real recorded conversations.

After a lot of time and a lot of work, they finally created a complete lesson pack of Learn Real English lessons. Their students were so happy! They could finally learn to speak with REAL people in REAL situations!

 

Old Learning Methods

Most English conversation programs don’t teach English conversation. The “conversations” in most books are fake- they are not real. Rather, these “conversations” are merely two actors reading a text.

That’s why textbook conversations are very different from real English conversations.

To understand native speakers, you must listen to real conversations– not fake textbook actors.

To speak easily to native speakers, you must use real conversations and lessons that help you understand them.

So how do you understand real conversations?

The secret is to use both real recorded conversations and the Effortless English system.

 

Your First Suggestion

Imagine speaking English automatically… without thinking. The words come out of your mouth easily, and fast. You understand instantly.

To do this, you must change the way you study English. Your first action is to stop studying English words. What?

Stop studying English words.

That’s right, do not memorize words. Native speakers do not learn English by remembering single words. Native speakers learn phrases.

Phrases are GROUPS of words that naturally go together.

 

Learn 4x Faster

Research by Dr. James Asher proves that learning with phrases is 4 to 5 times faster than studying individual words. 4 to 5 times faster.

Also, students who learn phrases have much better grammar.

 

***RULE 1: Always Study and Review Phrases, Not Individual Words Never study a single, individual word. Never.

When you find a new word, always write down the phrase it is in. Always. When you review, always review all of the phrase… not the word. Collect phrases.

Your speaking and grammar will improve 4 to 5 times faster. Always write the complete phrase.

Never again study a single word. Never write a single word in your notebook. Learn Phrases Only.

Mind Map: Menggunakan Citra Visualisasi Untuk Membangun Gagasan

Ada berbagai cara yang dapat diguanakan untuk menyimpulkan suatu informasi yang didapatkan, seperti kegiatan mencatat, merekam, atau mengvisualisasikannya melalui bagan ataupun diagram. Namun pada umumnya orang-orang lebih cenderung melakukan kegiatan mencatat untuk membuat kesimpulan dari informasi yang mereka dapatkan, dengan merangkum poin-poin tertentu dari suatu informasi sehingga didapatkan kesimpulan yang jelas dan informatif. Hingga kini gaya mencatat konvensional masih cenderung digunakan, informasi yang didapatkan melalui bacaan maupun media auditorial-visual seperti televisi dan radio dirangkum dalam bentuk outline atau baris-baris yang diberi point, gaya mencatat ini umum digunakan oleh para pelajar ataupun wartawan yang melakukan wawancara.

Merangkum sebuah informasi penting dilakukan guna mendapatkan kesimpulan atau inti yang jelas dari suatu informasi yang didapatkan, oleh karena itu kemampuan mencatat yang baik amat diperlukan agar dapat mendapatkan kesimpulan yang jelas. Teknik mencatat dengan format outline yang tradisional ini mempersulit kita untuk medapatkan gambaran dan melihat kaitan-kaitan antara gagasan. Format mencatat outline  biasanya sulit diikuti dan jarang menampilkan intisari permasalahan yang ”sebenarnya”, dan juga cenderung membosankan serta sulit menempel pada ingatan kita untuk jangka waktu yang panjang.

Contoh gaya mencatat dengan format outline:

PENGGELONDONGAN BANDENG

I. PENGERTIAN

Kegiatan penggelondongan nener merupakan mata rantai yang bertujuan salah satunya adalah menekan mortalitas benih karenan pengelondongan nener adalah masa awal pemeliharaan yang    dianggap sebagai   masa paling kritis.

II. PEMILIHAN LOKASI

– Mempertimbangkan aspek-aspek yang berkaitan dengan lokasi seperti tata ruang

– Jarak lokasi ideal dari sumber benih/nener maksimal 12 jam.

– Sarana transportasi dan kelancaran sarana angkutan.

– Jaringan listrik. Sarana yang diperhatikan dalam memilih lokasi adalah yang dekat dengan jaringan listrik negara (PLN).

III. SISTEM PETAK PENENERAN

Petakan untuk nener.

– Petakan untuk gelondongan.

– Petakan Aklimatisasi.

-Tempat pengumpulan (tempat untuk panen)

Pintu dan gorong-gorong.

Teknik mencatat dengan format outline seperti diatas terbukti tidak efisien dan berbelit. Susunan poin-poin yang linear dan hanya  berorientasi pada otak kiri menyebabkan orang cenderung melewati beberapa poin sehingga tidak semua poin dari catatan yang tertangkap oleh otak.

Mind Mapping adalah gaya mencatat dengan menggunakan citra visual dimana otak anda dapat mengingat informasi dalam bentuk gambar-gambar dan simbol-simbol. Teknik Mind Mapping  pertama kali dikembangkan oleh  Tony Buzan  pada tahun 1970 berdasarkan pada riset tentang bagaimana cara kerja otak yang sebenernya. Gaya mencatat dengan Mind Mapping jauh lebih mudah dan efisien dibandingkan dengan gaya mencatat outline yang tradisional, karena dalam teknik Mind Mapping, kedua belah otak kita dapat bersinergi dan bekerja secara aktif. Cara ini juga lebih menyenangkan, menenangkan, dan kreatif.

Berikut adalah langkah-langkah untuk menyusun catatan Mind Map:

Langkah Pertama, siapkan beberapa pulpen (spidol warna SNOWMAN juga boleh Smile ) dengan warna yang berbeda-beda, kertas polos seperti HVS atau buku catatan biasa, dan kalau bisa gunakan kertas secara melebar agar mendapatkan lebih banyak tempat untuk menulis cabang atau poin-poin dari gagasan utama.

Langkah kedua, tulislah gagasan utamanya di tengah-tengah kertas anda dan lingkuplah dengan lingkaran atau balloon seperti balloon berbentuk segiempat, segitiga, dsb. Gambarlah balloon dengan bentuk sekreatif mungkin.  

Langkah ketiga, lukislah cabang yang keluar dari balloon pusat yang menjadi gagasan utamanya. Gunakan pulpen dengan warna yang berbeda-beda untuk setiap cabang-cabang poin yang keluar dari balloon gagasan utama. Tujuannya adalah agar anda dapat lebih mudah mengingat letak dan susunan poin-poin beserta inti yang dimaksudkan pada poin tersebut. Ingat! warna dapat meningkatkan daya ingat kita hingga 75%.

 

Langkah keempat, tulislah kata kunci atau frase pada tiap-tiap cabang yang dikembangkan untuk detail. Kata-kata kunci ini adalah kata yang menyampaikan inti sebuah gagasan dan memicu ingatan anda. Jika anda menggunakan singkatan atau mnemonik, pastikan bahwa anda mengenal singkatan-singkatan atau mnemonik ini sehingga anda dapat dengan mudah mengenal artinya selama berhari-hari atau berminggu-minggu setelahnya.

 

Langkah kelima, ini adalah langkah yang paling penting dan mengasyikan. Tambahkan ilustrasi-ilustrasi pada tiap cabang dari balloon gagasan anda. Tujuan dari menambahkan ilustrasi ini adalah agar mempermudah anda dalam mengingat poin-poin tertentu yang terasosiasi dengan ilustrasi yang anda buat. Misalnya, ketika salah satu cabang dari gagasan utama anda adalah “Suhu bumi yang makin meningkat”, anda bisa menambahkan ilustrasi bumi yang sedang berasap-asap, pokoknya gambarkan sekreatif mungkin, dan jangan lupa untuk mewarnai ilustrasi anda dengan warna yang menarik. Semakin unik gambar ilustrasi anda maka semakin mudah anda mengingat poin tersebut bahkan untuk jangka waktu yang lama.

 

 

Berikut adalah contoh catatan dengan topik “Cara Kerja Otak” yang saya buat dengan menggunakan teknik Mind Mapping.

img

Teknik Mind Mapping sudah saya terapkan ketika saya masih duduk di bangku SMA setelah membaca buku Quantum Learning karya Bobbi DePorter dan Mike Hernacki yang memuat teknik-teknik mencatat dengan menggunakan Mind Mapping. Teknik mencatat seperti ini terbukti (pada saya) 100% berhasil. Pengalaman saya mencatat dengan cara konvensional yang tidak efisien dan rumit membuat saya memilih untuk beralih ke teknik mencatat dengan menggunakan Mind Mapping, saat perkuliahan, seminar, atau diskusi, cara mencatat seperti ini sangat membantu saya untuk menyusun rangkuman, memperoleh kesimpulan serta memunculkan gagasan-gagasan yang baik.

Awalnya mungkin teknik mencatat dengan Mind Mapping akan terkesan aneh dan berbeda, tapi dengan penerapan yang terus-menerus, anda akan terbiasa dengan metode mencatat seperti ini, dan anda akan terkejut dengan hasil yang didapatkan serta perbedaannya dari teknik mencatat outline yang kuno dan konvensional.